1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Iran Siap Kerjasama Soal Nuklir

29 Oktober 2009

Kondisi saat ini sudah siap bagi perjanjian tentang program nuklir Iran, sebagai hasil dari perubahan kebijakan Barat dari konfrontasi menjadi kooperasi, kata Presiden Ahmadinejad. Namun Iran disebut meminta perubahan.

https://p.dw.com/p/KIUx
Peta -Iran, Rusia, Perancis- solusi sengketa program nuklir Iran.Foto: DW

Dunia menanti-nanti tanggapan resmi pemerintah Iran terhadap rancangan perjanjian bahan bakar nuklir yang disusun Badan Energi Atom Internasional, IAEA .

Stasiun televisi berbahasa Arab milik pemerintah, Al-Alam TV melaporkan, Iran akhirnya menyampaikan tanggapan resmi. Laporan itu dikonfirmasi utusan Iran untuk badan atom PBB itu, Ali Asgar Soltanieh, yang mengatakan menyerahkan tanggapan tersebut, Kamis ini (29/10).

Sebelumnya, Ahmadinejad mengatakan, kondisi saat ini sudah siap bagi perjanjian semacam itu. Iran tak akan mundur sedikitpun dari hak-hak nuklirnya, tetapi siap bekerjasama menyangkut bahan bakar nuklir, instalasi dan teknologi nuklir. Demikian dikatakan Presiden Mahmud Ahmdinejad dalam pidato di kota Mashhad, Kamis (29/10) yang disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi pemerintah.

Barat sebelumnya mengadopsi kebijakan konfrontasi dan ancaman, tetapi kini mengubah sikap, dan Iran menyambutnya, kata Ahmadinejad.

Surat kabar Javan edisi Kamis (29/10) melaporkan, Iran meminta dua perubahan dalam perjanjian, termasuk agar pengkapalan uranium yang diperkaya ke luar negeri dilkakuka secara bertahap, dan tidak sekaligus.

Teheran juga menginginkan pertukaran secara bersamaan. Yaitu menerima bahan bakar bagi reaktor penelitian bersamaan waktunya dengan pengiriman uranium yang diperkaya ke luar negeri, demikian dilaporkan koran Javan tanpa menyebut sumber beritanya.

Rancangan perjanjian bahan bakar nuklir disiapkan Ketua IAEA Mohamed El Baradei menyusul pembicaraan awal Oktober antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman di Jenewa, Swiss.

Perubahan siginifikan yang diminta Iran tampaknya akan ditolak negara-negara besar karena mereka berencana mengurangi simpanan uranium yang diperkaya milik Iran, menjadi di bawah ambang batas yang dibutuhkan bagi konversi uranium kadar tinggi untuk bom atom

Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengatakan, perjanjian pertukaran uranium akan merupakan ujian bagi IAEA untuk memainkan peran sesungguhnya dalam membantu negara-negara yang mendambakan teknologi nuklir untuk tujuan sipil.

Perjanjian itu juga akan merupakan kesempatan untuk menguji kejujuran negara-negara besar guna membuktikan bahwa mereka bisa memenuhi komitmennya.

Berdasarkan perjanjian itu, Iran akan mengirim 75% uranium yang diperkaya miliknya dalam satu kali pengiriman ke Rusia untuk pengayaan lebih lanjut akhir tahun 2009 ini, kemudian ke Perancis untuk proses berikutnya.

Uranium yang diperkaya itu akan dikirim kembali ke Iran untuk menggerakkan reaktor penelitian di Teheran yang memproduksi isotop bagi keperluan medis.

RP/HP/afp/dpa/rtr