1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

111010 Kirgistan Wahlergebnis

12 Oktober 2010

Setelah dihapusnya sistem presidensial Kirgiztan menghadapi pembentukan pemerintahan yang sulit. Seluruhnya lima partai yang dalam pemilu parlemen Minggu (10/10) lalu berhasil melewati batas perolehan suara lima persen.

https://p.dw.com/p/PcSF
TPS di Bishkek, KirgistanFoto: DW

Kesimpulan sementara pemilu parlemen di Kirgiztan yang ditarik Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa OSZE cukup positif. Koordinator OSZE Morten Hoglund dapat melaporkan suatu pengalaman baru, "Saya selama beberapa tahun terakhir mengamati rangkaian pemilu di Asia Tengah. Tapi ini adalah pemilu pertama di Asia Tengah yang hasilnya tidak dapat saya ramalkan sebelumnya. Saya merasa yakin bahwa pemilu ini mencerminkan kembali keinginan masyarakat di Republik Kirgiztan."

Meskipun demikian, ada juga kritik. Terutama di kota Osch yang Juni lalu dilanda bentrokan berdarah antara warga Kirgiztan dan minoritas Usbekistan, yang menyebabkan tewasnya 2000 orang. Menurut sejumlah laporan, warga Usbekistan yang ingin memilih mendapat perlakuan tidak adil. Rumah-rumah dan toko-tokonya hancur dan pemiliknya tidak memiliki apa-apa lagi pasca kerusuhan. Tanpa dokumen resmi mereka tidak dapat ikut memilih

"Semua terbakar, juga paspor dan semua surat penting lainnya. Mengapa saya harus pergi memilih. Jika kami paling tidak masih memiliki sesuatu, saya mungkin akan ikut memilih," demikian keluhan seorang perempuan tua sebelum hari pemilu di Osch, kota yang tidak menawarkan perspektif bagi warga Usbekistan.

Tidak ada pekerjaan, tidak ada rumah dan ketakutan kembali terjadinya kerusuhan. Di kawasan selatan banyak yang memilih Partai Ata Dschurt, yang diharapkan lebih memberikan keamanan dan stabilitas dibanding kekuatan-kekuatan yang terlibat dalam penggulingan Presiden Bakiyev setengah tahun lalu.

Akhirnya Ata Dschurt merupakan kekuatan terkuat, unggul tipis dari partai dari Presiden Roza Otunbayeva yakni sosial demokrat. Tiga partai lainnya yang juga masuk ke parlemen adalah partai dari bekas Perdana Menteri Felix Kulov yang menyasar hubungan erat dengan Rusia, kemudian partai yang baru dibentuk Respublika dan partai kiri tengah Ata-Mekan.

Dengan demikian terdapat hasil pemilu yang rumit, karena ada tiga konstelasi yang dapat membentuk pemerintahan koalisi. Selain itu tiga dari lima partai bersikap kritis terhadap sistem parlementer. Hanya partai sosial demokrat dan Partai Ata-Meken dari mantan Perdana Menteri Tekebayev yang mendukung sistem tersebut. Kini mereka harus mencari mitra koalisi. Itu saja sudah cukup sulit, ditambah banyak warga Kirgiztan yang merasa kecewa terhadap dua partai itu, yang selama pemerintahan transisi dipandang gagal menguasai kekacauan di negara tersebut.

Tapi di ibukota Kirgiztan Bishkek terdengar suara positif, "Dalam sejarah Kirgiztan untuk pertama kalinya terjadi pemilu yang jujur dan bersih. Saya pikir kami akan memiliki koalisi sosial demokrat, Ata-Meken dan Respublika. Ata-Dschurt dan Arnamis juga berpeluang membentuk koalisi."

Masih belum jelas koalisi pemerintahan mana yang akan terbentuk. Tapi yang pasti bagi koordinator OSZE Hoglund maupun warga Kirgiztan pemilu ini merupakan pengalaman baru.

Stephan Laack/Dyan Kostermans

Editor: Ziphora Robina