1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Marzouki Diangkat sebagai Presiden Tunisia

13 Desember 2011

Tunisia kini memiliki kepala negara baru. Hari Selasa (13/12), Moncef Marzouki diambil sumpahnya sebagai presiden Tunisia, menggantikan Zine el Abidine Ben Ali yang digulingkan pada bulan Januari lalu.

https://p.dw.com/p/13Rdx
Moncef MarzoukiFoto: picture alliance/abaca

Sehari setelah pengesahan konstitusi sementara, hari Senin malam (12/12), Majelis Konstituante Tunisa menetapkan Moncef Marzouki sebagai presiden baru. Dalam pengambilan sumpah jabatan, hari Selasa (13/12), Marzouki mengatakan, "Saya akan menjadi penjamin kepentingan nasional, negara hukum dan institusi. Saya akan setia kepada para syuhada dan pada tujuan revolusi."

Marzouki terpilih sebagai presiden dengan mendapatkan 153 suara dari 202 anggota majelis. Tiga anggota menentangnya, dua abstain dan 44 suara dinyatakan tidak sah.

Dekat dengan Partai Islam

Kemungkinan Marzouki akan menunjuk Hammadi Jebali, sekretaris jenderal Partai Ennahada sebagai pemimpn pemerintahan transisi Tunisa. Sesuai konstitusi sementara yang disahkan hari Minggu lalu (11/12), Hammadi Jebali akan mewakili kebijakan luar negeri Tunisia dan sebagai panglima angkatan bersenjata.

Partai yang didirikan Marzouki, CPR, meraih 29 kursi dalam pemilu bulan Oktober lalu dan dianggap sebagai rekan muda Partai Ennahda, yang menduduki 89 kursi di parlemen. Keterbukaannya terhadap kelompok Islam mendatangkan kritik ke arah Marzouki. Tetapi banyak pihak juga memuji sikapnya yang fleksibel dalam dialog dengan politik Islam.

Marzouki tidak kenal kompromi dalam masalah hak azasi dan dalam membela kebebasan individu warga Tunisia. Dan kelompok Islam pun mengetahuinya. "Tujuan saya adalah mengembalikan martabat warga Tunisia, legitimasi negara, dan kedaulatan rakyat. Tunisia selama ini adalah monarki bertopeng republik. Kini kita akan membangun sistem demokrasi yang sesungguhnya."

Beroposisi dari Pengasingan

Sampai apa yang dikenal dengan Revolusi Melati, yang dimulai pada pertengahan Desember 2010, Marzouki menghabiskan waktu lama di luar negeri. Sejak tahun 1980, ia menjadi aktivis Liga Hak Asasi Manusia dan sembilan tahun kemudian ia ditunjuk untuk mengetuai liga ini. Pada tahun 1994 ia ditahan selama empat bulan dan kemudian diasingkan ke Perancis. Dari tempat pengasingannya inilah ia pada tahun 2001 mendirikan Partai Kongres bagi Republik CPR.

Pada tanggal 20 Januari 2011, beberapa hari setelah diktator Ben Ali melarikan diri dari Tunisa, Manzouki tiba kembali di tanah airnya. Saat kedatangannya di bandara Tunis, dengan mata berkaca-kaca ia mengatakan, "Bagi saya, ini adalah hari bahagia. Akhirnya saya bebas di negara saya sendiri. Semua warga di sini adalah orang bebas, mereka berjuang, mereka melakukan revolusi. Hal yang luar biasa, melihat negara saya akhirnya terbebas dan menjadi bagian dari rakyat yang luar biasa ini."

Hampir setahun lalu, di Tunisa pecah demonstrasi, yang menjadi awal dari protes lainnya di dunia Arab. Dalam demonstrasi yang berlangsung berminggu-minggu, menurut perkiraan PBB, sekitar 300 orang telah tewas. Demonstrasi ini menyebabkan diktator Ben Ali melarikan diri ke pengasingan di Arab Saudi.

Yuniman Farid/dpa/rtr/afp/dap Editor: Luky Setyariny