1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180811 Libyen Übergangsrat

18 Agustus 2011

Pihak oposisi Libya mencanangkan target menggulingkan Muammar Gaddafi hingga 1 September mendatang. Selain itu rencana setelah era Gaddafi juga telah disiapkan.

https://p.dw.com/p/12ImG
Pasukan pemberontak LibyaFoto: dapd

Kelompok pemberontak Libya berhasil menguasai kota Garyan, 80 km dari ibukota Tripoli. Bendera pemberontak merah hijau dan hitam dikibarkan di pusat kota. Pihak pemberontak mengatakan, pasukan penguasa Libya Muammar Gaddafi mundur setelah bertempur selama berhari-hari di kota tersebut.

Berita terbaru ini sejalan dengan sasaran yang ditetapkan anggota dewan transisi Libya di Benghazi. Hingga 31 Agustus mendatang, era Gaddafi dan rezimnya akan berakhir.

Dalam dua minggu yang tersisa, langkah yang menentukan harus diambil, yakni, menguasai Tripoli dan menggulingkan Gaddafi. Tanggal pasti serangan para pemberontak tidak ingin diungkap oleh ketua dewan transisi nasional Mustafa Abdul Jalil. "Kami akan segera menyerang Tripoli. Rencana kami adalah melindungi warga sipil dari pertempuran. Kami tahu Gaddafi tidak akan pergi dari Tripoli begitu saja. Ia akan berjuang dengan segala cara."

Abdul Jalil menduga, pasukan Gaddafi akan menanam ranjau di jalanan kota dan lokasi strategis lainnya. Ia membantah bernegosiasi langsung dengan pemerintahan Gaddafi. Tetapi menurutnya, dewan transisi siap untuk membicarakan proses mengeluarkan Gaddafi dan keluarganya dari Libya agar tidak terjadi pertumpahan darah dan menjaga sumber daya alam warga Libya.

Tanggal 1 September dijadikan sebagai patokan kelompok pemberontak untuk menguasai Libya dan Gaddafi, karena di hari itu 42 tahun yang lalu Muammar Gaddafi melalui kudeta militernya menyatakan diri sebagai pemimpin Libya. Kelompok pemberontak Libya tidak mau Gaddafi merayakannya.

Lebih dari 25 ribu orang tewas dalam enam bulan terakhir karena perang di Libya. Lebih dari 7.000 mengalami luka-luka dalam pertempuran. Hingga kini juga belum diketahui, nasib 5.000 warga Libya yang sejak dimulainya perlawanan terhadap Gaddafi dinyatakan hilang.

Lebih dari 6.000 aksi militer melalui udara telah dikerahkan oleh NATO sejak 19 Maret. NATO mengawasi zona larangan terbang untuk melindungi warga sipil seperti yang tertera dalam mandat PBB nomor 1973. Ketua dewan transisi nasional Mustafa Abdul Jalil menegaskan satu hal tentang keberadaan NATO di Libya. "Tugas NATO adalah melindungi warga. Jika Gaddafi tidak ada lagi dan kami yang berkuasa, maka misi NATO juga berakhir."

Jalil menambahkan, masa depan Libya telah direncanakan. Berdasarkan dokumen dewan transisi nasional, 30 hari setelah pengambilalihan kekuasaan akan dibentuk pemerintahan transisi. Tugas pemerintahan ini adalah mengorganisir pemilihan parlemen transisi dalam kurun waktu delapan bulan. Setelah itu sebuah konstitusi akan dirancang yang harus menunggu persetujuan rakyat Libya melalui referendum sebelum disahkan. Paling lambat enam bulan kemudian akan digelar pemilu yang transparan dan demokratis. Ini juga ditegaskan oleh Jalil. Lamanya seluruh fase transisi tidak boleh melewati 20 bulan dan akan diawasi oleh PBB.

Peter Steffe/Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Hendra Pasuhuk