1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Hari Pertama Berjalan Aman di Mesir

29 November 2011

Putaran pertama pemilihan parlemen dilanjutkan hari Selasa (29/11). Di beberapa distrik pemilihan, hingga 70 persen warganya turut memilih. Favorit tetap perhimpunan partai di bawah pimpinan Ikhwanul Muslimin.

https://p.dw.com/p/13Iuz
Antrian panjang warga di TPSFoto: dapd

Tidak ada yang menduga, bahwa tempat pemungutan suara akan dipadati sedemikian rupa. Tidak juga komisi pemilu negara. Selama berjam-jam warga Mesir rela mengantri. Padahal hujan turun di Alexandria, dan di Kairo di tengah kegaduhan luar biasa dari jalanan dekat TPS. Seperti di kawasan buruh Boulaq Abul-Eila.

"Ini untuk pertama kalinya saya pergi memilih." Demikian ujar seorang perempuan berusia 60 tahun. Anak perempuannya kemudian menambahkan, ia juga merasa senang karena setiap orang bisa memilih siapa saja tanpa adanya manipulasi hasil pemilu.

Kedua perempuan tersebut berdiri di depan pintu masuk TPS. Mereka membagikan brosur partai Al Wassat kepada warga yang masih mengantri. Ini sebenarnya dilarang. Tidak ada yang boleh mempengaruhi orang lain. Tetapi hampir tidak ada partai yang mematuhinya.

Muhammad, pria berusia 19 tahun yang pengangguran merasa tidak ada yang salah dengan cara tersebut. Ia sendiri membagikan brosur dengan gambar seorang perempuan muda berrambut pirang, kandidat partai Al Wafd. Untuk itu ia mendapat sedikit uang. "Saya berkampanye untuknya. Tetapi pada akhirnya, setiap orang punya pendapatnya sendiri."

Begitu juga dengan Muhammad. Ia tidak memberikan suara bagi kandidat yang memberinya pekerjaan, melainkan bagi partai Ikhwanul Muslimin. Namun, ia belum yakin 100 persen. "Saya tidak suka dengan kandidat dari distrik pemilihan saya. Saya akan mencoba melihat program kampanye yang lain terlebih dulu."

Dua hal disepakati warga Mesir tentang pemilu kali ini. Pertama, suara mereka akan benar-benar berarti dan kedua, warga turut bertanggung jawab akan hasil pemilu. Alaa ad-Din Taha misalnya, tidak mempercayai Ikhwanul Muslimin. "Mereka mungkin akan menerapkan hukum Islam yang ketat. Seperti cadar misalnya. Saya bekerja di bidang pariwisata. Politik Islam radikal buruk untuk bisnis saya."

Hanya sedikit laporan yang masuk tentang usaha manipulasi, kecurangan dan bentrokan pada hari pertama pemilu. Sebagian besar mempercayai militer yang mengawasi tempat pemungutan suara. Namun, ada juga kelompok warga yang berpatroli Senin malam (28/11). Karena Selasa ini (29/11) adalah hari kedua pemilu dalam putaran pertama dari tiga putaran. Wakil dari komisi pemilu di Kairo mengatakan, ia sudah 35 tahun melakukan pekerjaannya. Ia menilai tidak mungkin banyak warga yang menganggap penting pemilu harus berjalan secara jujur.

Jürgen Stryjak / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Agus Setiawan