1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

Riset: Manusia Sudah Masak Makanan sejak 780.000 Tahun Lalu

Fred Schwaller
23 November 2022

Memasak makanan punya arti sangat penting bagi evolusi manusia. Riset terbaru menunjukkan manusia memasak 600.000 tahun lebih dini dari prediksi sebelumnya. Kini sejarah manusia harus direkonstruksi ulang.

https://p.dw.com/p/4Jrr2
Homo erectus sudah memasak dengan api pada 780.000 tahun lalu
Homo erectus, manusia purba sudah memasak dengan api pada 780.000 tahun laluFoto: Wissenschaftliche Rekonstruktionen: W.Schnaubelt/N.Kieser (Wildlife Art) für Hessisches Landesmuseum Darmstad/dpa/picture alliance

Memasak makanan, menjadi momen paling penting evolusi spesies manusia. Karena aktivitas menggunakan api secara terkontrol itulah yang mentransformasikan spesies manusia purba menjadi manusia modern.

Sebuah hasil riset terbaru yang dipublikasikan dalam Nature ecology and Evolution menyimpulkan, manusia mulai memasak sekitar 780.000 tahun yang lalu. Sebelumnya, temuan bukti manusia menggunakan api untuk memasak sayuran dan daging, berumur sekitar 170.000 tahun, di mana spesies awal Homo sapiens dan Neanderthal yang melakukan aktivitas tersebut.

"Sekitar satu atau dua juta tahun silam, manusia purba mengembangkan tubuh yang lebih jangkung dan volume otak yang lebih besar. Pemikiran kami, itu adalah bukti dari pola makan kaya kalori dan memasak makanan, yang sebagiannya memicu perubahan ini,” kata David Braun, profesor antropologi di Columbian College of Arts and Sciences in Washington, D.C, yang tidak terlibat dalam penelitian terbaru itu.

Implikasinya sejarah evolusi harus direkonstruksi

Hasil riset terbaru menunjukkan, spesies Homo erectus, pendahulu manusia modern, sudah menggunakan api untuk memasak makanan mereka, jauh lebih dini dari prakiraan semula dalam sejarah evolusi.

"Menyeting ke belakang sejarah evolusi lebih dari 600.000 tahun, punya implikasi untuk rekonstruksi ulang sejarah umat manusia purba,” kata Jens Najorka dari The Natural History Museum, London, salah satu ilmuwan periset dan penulis junral ilmiah tersebut, kepada DW.

Tim peneliiti tersebut menemukan bukti di situs arkeologi Gesher Benot Ya'aqov di utara lembah Yordan, yang diketahui lewat pembuktian ilmiah berusia 780.000 tahun. Lokasi itu sekarang termasuk wilayah Israel.

Diyakini, komunitas manusia purba Homo erectus yang disebut kebudayaan Acheulian yang hidup di kawasan itu, memiliki pola makanan beragam, dari mulai daging hewan buruan, buah-buahan, sayuran, hingga ikan air tawar dari danau purba Hula di dekat kawasan pemukiman. Yang belum diketahui, apakah ikan itu dimakan mentah atau dimasak terlebih dulu.

Manusia Modern dan Purba Pernah Hidup Bersamaan

Gigi ikan terbakar bukti praktek memasak

Tim peneliti memfokuskan riset pada peninggalan sekitar 5.000 gigi ikan yang ditemukan pada lokasi yang diduga tempat pembakaran makanan di situs Gesher Benot Ya'aqov. Analisis struktur kristal pada temuan sisa gigi ikan menunjukkan gigi dibakar pada suhu hingga 500 derajat Celsius.

"Ini memberikan kesimpulan, ikan dimasak pada suhu yang dikontrol dan bukan hanya dibakar sembarangan," tambah Irit Zohar dari Tel Aviv University, Israel, salah seorang peneliti dan penyusun laporan ilmiah itu kepada DW.

"Hingga saat itu, belum ada satupun ilmuwan yang membuktikan, manusia purba Homo erectus memasak makanannya. Jadi ini bukti pertama, manusi purba itu punya kemampuan kognitif, untuk mengontrol api dan memasak makanan," tambah Zohar.

Praktek memasak makanan penting dalam evolusi

Zohar menandaskan lebih lanjut, ada pemikiran ilmiah, evolusi manusia purba Homo erectus berkaitan dengan perubahan pola makan dan penggunaan api untuk memasak makanan. "Buktinya adalah perubahan dari anatomi rahang dan tulang tengkorak,” kata peneliti dari Tel Aviv University itu.

Dengan dimasak, daging, ikan, atau sayuran menjadi lebih mudah dicerna. Ini memungkinkan tubuh dan otak tumbuh lebih efisien, dibanding jika mengonsumsi makanan mentah. "Itu juga membuat makanan lebih aman dikonsumsi, karena api membunuh bibit penyakit,” kata Zohar.

Ikan kaya protein dan gizi, dan berbeda dengan hewan buruan, lebih mudah ditangkap dan tersedia sepanjang tahun. "Riset kami menunjukkan, ikan dikonsumsi sepanjang waktu dan jadi komponen penting pola makan manusia purba. Ini membantah hipotesa, ikan dikonsumsi kalau binatang buruan langka," pungkas peneliti dari Israel tersebut.

(as/ha)