1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia di WTO - Peluang bagi Jerman

22 Agustus 2012

Setelah 18 tahun perundingan, Rusia kini menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Melalui keanggotaan Rusia itu Jerman mengharapkan perbaikan kondisi perdagangan.

https://p.dw.com/p/15uFu
A general view of the Duma, Russia's lower house of parliament, in session is seen at Moscow July 10, 2012. After almost two decades of accession negotiations, Duma deputies are expected to approve Russia's entry to the World Trade Organization (WTO) on Tuesday. REUTERS/Sergei Karpukhin (RUSSIA - Tags: BUSINESS POLITICS)
Parlemen Rusia, Duma meratifikasi keanggotaan negaranya di WTOFoto: REUTERS

Mobil-mobil Jerman disenangi di Rusia. Namun harga Mercedez-Benz, BMW atau VW di negeri itu sangat mahal. Sebuah mobil baru dikenakan bea cukai impor sebesar 30 persen. Bea cukai untuk mobil bekas bahkan lebih mahal, yaitu 35 persen. Kebijakan itu sengaja dibuat agar mobil asing harganya tinggi sehingga sulit terjangkau oleh warga Rusia. Hal yang sama juga berlaku bagi banyak produk lainnya.

Peter Balas yang mewakili kepentingan Uni Eropa (UE) di perundingan penerimaan keanggotaan di WTO menyebut hal ini sebagai proteksionisme. Sejak tahun 2006/2007 Rusia secara sistematis melindungi pasar dalam negerinya. Berdasarkan kesepakatan kemitraan yang sangat terbuka dengan UE, Rusia pada tahun-tahun tersebut menerapkan serangkaian kebijakan perlindungan di sektor pertanian untuk sementara waktu. "Ini kemudian disusul dengan pajak ekspor kayu yang tinggi. Lalu tahun 2009 diterapkan bea cukai anti-krisis yang sangat tinggi dan ini masih berlaku sampai sekarang", kata Balas.

Penurunan investasi asing

Tetapi langkah ini tidak membawa keuntungan yang mendasar bagi Rusia, kata Balas. Ia mengacu pada statistik yang menunjukkan bahwa jumlah investasi dari negara-negara UE jelas menurun pada tahun-tahun terakhir akibat pembatasan perdagangan dan juga akibat tingginya hambatan birokrasi serta meluasnya korupsi. Ini disebutnya sebagai sebuah penyebab stagnannya ekonomi Rusia, pabrik-pabrik yang terlalu tua, produktivitas yang kecil dan infrastruktur yang buruk.

Keanggotaan Rusia di WTO penting bagi negeri itu sendiri dan juga UE. "Rusia tidak akan menjadi mitra ekonomi dan tujuan yang menarik bagi investasi, selama tidak ada kondisi yang aman dan stabil bagi mitra dagang asing dan selama tidak ada jaminan hukum. Keanggotaan di WTO akan banyak memberikan kontribusi bagi perubahan dan akan memicu modernisasi ekonomi Rusia", demikian Balas.

Perusahaan Jerman melihat peluang baik

Kata modernisasi membuat antusias para produsen mesin dan instalasi pabrik Jerman. Saat ini saja, Rusia sudah merupakan pasar ekspor terpenting keempat bagi Jerman. Diharapkan bahwa bila bea cukai bagi produk industri turun dari 9,4 menjadi 6,4, perdagangan akan meningkat. Volume perdagangan antara Jerman dan Rusia tahun lalu bernilai 70 miliar Euro. Itu adalah jumlah tertinggi yang pernah dicapai sampai sekarang. Melalui keanggotaan di WTO, pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat meningkat sekitar dua miliar Euro setiap tahunnya. Perusahaan otomotif Jerman juga berharap bahwa perdagangan meningkat melalui penurunan bea cukai yang berkisar sekitar 15 persen.

Namun Hans-Joachim Henckel yang bertanggung jawab bagi kebijakan ekonomi luar negeri di Kementrian Perekonomian Jerman memperingatkan untuk tidak terlalu menggantungkan harapan tinggi. Perubahan hanya akan ada, "jika Rusia menaati aturan permainan". "Saat ini sebenarnya masih ada kekhawatiran, pasalnya di Rusia sedang dilakukan pembicaraan intensif mengenai kebijakan proteksi dalam berbagai sektor ekonomi. Dimulai dari biaya membesituakan mobil impor hingga peraturan yang menetapkan bahwa pada mesin-mesin pertanian juga dirakit suku cadang Rusia", ujar Henckel.

Rusia khawatirkan saingan

Selain itu Rusia juga menyalahgunakan periode perundingan, kritik pemimpin juru runding UE, Balas. Hampir setiap minggu dikeluarkan kebijakan baru. Menurut WTO tindakan ini ilegal dan Rusia wajib menaati semua peraturan yang diberlakukan WTO.

Perlawanan terhadap liberalisasi hubungan perdagangan terutama ditunjukkan ekonomi Rusia. Perusahaan dalam negeri khawatir menghadapi persaingan. Misalnya jika produk asing akan menjadi lebih murah. Sementara pemerintah Rusia mengharapkan penurunan harga bagi konsumen melalui keanggotaan di WTO juga untuk meredam ketidakpuasan rakyat yang semakin meningkat.

Sabine Kinkartz/Christa Saloh-Foerster

Editor: Andy Budiman