1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

IAEA: Ambisi Nuklir Iran Baru Sebatas Spekulasi

Biresh Banerjee
23 April 2024

IAEA belum bisa melakukan verifikasi apakah Iran sudah mampu memproduksi senjata nuklir, lantaran minimnya akses pengawasan dan informasi. IAEA menuntut penyelesaian konflik melalui jalur dialog.

https://p.dw.com/p/4f4xo
Rafael Grossi
Direktur Badan Energi Atom Internasional, IAEA, Rafael GrossiFoto: Matthias Schrader/AP Photo/picture alliance

Fatwa haram senjata nuklir oleh Ayatollah Ali Khamenei tidak mengendurkan niat pemerintah Iran memperkaya uranium ke level eksplosif.

Seperti dilansir dari Institute for the Study of War yang mengutip media Inggris, Iran International, anggota Komite Parlemen untuk Keamanan Nasional, Javad Karimi Ghodousi, mengindikasikan Iran sekarang mampu menjalankan uji coba bom atom dalam satu pekan, jika diizinkan, tulisnya di X (dulu Twitter, Senin (22/4).

Namun dalam wawancara dengan DW, Rafael Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional, IAEA, mewanti-wanti terhadap tafsir berlebih program nuklir Iran.

Menurut Grossi, program pengayaan uranium Iran memang cuma butuh "beberapa pekan ketimbang bulan,” untuk memproduksi bahan baku senjata nuklir. "Tapi itu bukan artinya Iran sudah punya atau akan punya bom atom dalam rentang waktu tersebut,” imbuhnya.

"Hulu ledak nuklir yang fungsional membutuhkan banyak hal lain yang tidak terkait dengan produksi bahan baku fisi,” kata Grossi. Dia menekankan, tuduhan bahwa Iran ingin membangun senjata nuklir, saat ini "masih sebatas spekulasi.”

Iran selama ini bersikeras program pengayaan uraniumnya untuk tujuan damai, yakni untuk keperluan medis dan sipil. Tapi klaim Teheran itu tidak pula bisa diverifikasi, karena langkah Iran membatasi akses dan mencabut kamera pengawas IAEA di fasilitas nuklirnya, setelah Amerika Serikat membatalkan Perjanjian Nuklir secara sepihak pada 2016 lalu.

Iran-Israel tensions highlight nuclear program

IAEA tuntut akses di Iran

Keterbatasan akses dan pengawasan menjadi isu terbesar bagi IAEA untuk mengumpulkan fakta terkait program nuklir Iran. Hal ini, menurut Grossi, semakin mengompori spekulasi.

"Saya sudah berulangkali mengatakan kepada rekan sejawat kami di Iran, bahwa aktivitas mereka menimbulkan tanda tanya, ditambah lagi dengan fakta bahwa kami tidak mendapat akses dan visibilitas yang diperlukan,” kata direktur jenderal IAEA itu.

"Jika Anda kaitkan semuanya, maka Anda tentunya akan memiliki banyak pertanyaan.” Dia merujuk pada temuan-temuan IAEA yang tidak terjawab, termasuk jejak uranium berkadar tinggi di lokasi-lokasi yang tidak diketahui sebelumnya.

"Hal ini sudah menjadi isu utama dalam dialog yang sudah berjalan dan terus diupayakan dengan Iran.”

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Nuklir bukan sasaran perang

Eskalasi yang sempat memuncak antara Israel dan Iran turut diwaspadai IAEA yang mengkhawatirkan skenario terburuk. "Menyerang fasilitas nuklir sama sekali dilarang,” kata dia.

Dia juga menyinggung wacana tentang pengembangan atau penggunaan senjata nuklir yang menurutnya mulai marak dibahas, tapi malah berpotensi melemahkan rejim nonproliferasi nuklir. 

"Saya kira, normalisasi gagasan tentang senjata nuklir atau penggunaan bom atom adalah hal yang sangat disesalkan.”

Grossi menegaskan, pihaknya selalu mempromosikan dialog, merujuk pada kabar adanya perundingan tidak langsung antara Iran dan AS soal Perjanjian Nuklir.

"Apa yang saya inginkan adalah dialog antara IAEA dan Iran. Karena ada banyak hal yang harus diklarifikasi dan untuk kepentingan ini pula kami akan mengunjungi Iran dalam waktu dekat,” kata dia.

"Saya akan berada di sana untuk meluruskan masalah, jika Iran ingin kembali dipercaya,” pungkas direktur jenderal IAEA.

rzn/as

Is Iran developing a nuclear weapon?