1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Jerman Resesi, Tapi Indeks Saham DAX Catat Rekor Baru

Kristie Pladson
14 Maret 2024

Secara teknis Jerman sedang menuju resesi. Tapi indeks saham Jerman DAX beberapa minggu terakhir terus mencatat rekor tertinggi. Bagaimana bisa begitu?

https://p.dw.com/p/4dV8x
Bursa saham di Frankfurt
Bursa saham di FrankfurtFoto: Jörg Halisch/dpa/picture alliance

Indeks saham unggulan Jerman DAX pada perdagangan Rabu pagi (13/3) untuk pertama kalinya menyentuh angka 18.000 tidak lama setelah bursa saham dibuka. DAX adalah gabungan indeks 40 perusahaan terkemuka Jerman yang sahamnya diperdagangkan secara publik. Dalam beberapa minggu terakhir, performa DAX terus menguat, meskipun perekonomian Jerman secara keseluruhan sedang mengalami kesulitan.

Tren ini merupakan berita positif yang jarang terjadi di sektor ekonomi Jerman akhir-akhir ini. Menteri Perekonomian Jerman, Robert Habeck beberapa minggu yang lalu merevisi ekspektasi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2024, menurunkan perkiraan tersebut dari 1,3% menjadi 0,2%.

"Fakta bahwa lingkungan ekonomi global tidak stabil dan pertumbuhan perdagangan global secara historis rendah merupakan tantangan bagi negara pengekspor seperti Jerman,” kata Robert Habeck.

Bank Sentral Jerman Bundesbank juga telah mengumumkan bahwa output ekonomi di Jerman akan turun lagi pada kuartal pertama tahun 2024, mendorong Jerman ke dalam kondisi resesi teknis, yang didefinisikan sebagai pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut. Bank Dunia menyebut berbagai aksi pemogokan yang meluas sebagai salah satu faktor penyebab utama.

DAX adalah index gabungan 40 saham unggulan Jerman
DAX adalah index gabungan 40 saham unggulan JermanFoto: Silas Stein/dpa/picture alliance

DAX kuat karena bisnisnya tidak fokus ke Jerman

Seperti di negara lain di Eropa, Jerman sedang dilanda inflasi yang tinggi, sehingga konsumen mengurangi berbelanja. Berbagai survei juga menunjukkan, perusahaan-perusahaan Jerman semakin pesimistis terhadap perkembangan tahun depan.

"Perusahaan masih belum yakin dengan situasi saat ini dan apa yang bisa mereka harapkan di tahun-tahun mendatang,” kata Lara Zarges, ekonom di Ifo Institute for Economic Research kepada DW.

Lalu mengapa di pasar saham investor kelihatannya optimistik? "Ironisnya.., ada korelasi terbalik antara kinerja ekonomi dan kinerja pasar saham,” kata Ben Ritchie, kepala divisi investasi di luar negeri kepada DW.

Saat ini, indeks saham DAX sedang berada di jalur rekor rekor terpanjang sejak tahun 2015. "Pendapatan perusahaan-perusahaan ini tidak berasal dari Jerman,” kata Ben Ritchie. "Jadi perekonomian Jerman memang tidak penting.”

Namun menurut Lara Zarges, yang mengalami kesulitan besar adalah usaha kecil dan menengah di Jerman, yang mempekerjakan lebih dari 50% tenaga kerja namun tidak terwakili dalam indeks DAX.

"Perusahaan-perusahaan ini tentu saja berpartisipasi juga dalam rantai pasokan global, namun mereka menghadapi masalah berupa kenaikan upah di Jerman dan biaya produksi yang meningkat. Dan harga energi masih mahal,” katanya.

Menteri ekonomi Robert Habeck
Menteri ekonomi Robert HabeckFoto: Carsten Koall/dpa/picture alliance

Perekonomian lemah bisa berdampak positif di pasar saham?

Kekuatan ekonomi AS mungkin lebih signifikan terhadap kinerja DAX dibandingkan perkembangan ekonomi di Jerman. Belanja bantuan virus corona yang tinggi dan biaya energi yang rendah di AS telah membantu meningkatkan belanja konsumen.

Turunnya inflasi kemungkinan juga meningkatkan semangat para investor. Pertumbuhan indeks harga konsumen telah menurun secara signifikan di banyak negara, termasuk di Jerman. Pemerintah memperkirakan inflasi akan terus turun dari 5,9% pada tahun 2023 menjadi 2,8% tahun ini, mendekati acuan Bank Sentral Eropa ECB sebesar 2%. Jika tren ini terus berlanjut, kemungkinan besar suku bunga akan turun. Para investor tampak optimistis bahwa uang tunai akan segera mengalir lebih banyak ke perekonomian dan hal ini akan meningkatkan keuntungan perusahaan.

Bagi perusahaan-perusahaan terbesar di Jerman, melemahnya perekonomian Jerman dapat menyebabkan nilai tukar euro turun dan biaya pinjaman lebih rendah. Sedangkan stagnasi di Jerman hanya berdampak kecil pada pendapatan besar mereka yang berasal dari pasar luar negeri.

Tapi melemahnya ekonomi Jerman akan punya dampak untuk Eropa. "Saya benar-benar berpikir bahwa dampak terbesar bagi Eropa adalah perekonomian domestik yang semakin stagnan,” kata Ben Ritchie.

(hp/as)