1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Meski Jam Malam Tunisia Tetap Rusuh

13 Januari 2011

Di ibukota Tunisia, Tunis, situasi setelah terjadinya kerusuhan Rabu (12/01) malam masih tetap tegang. Menurut laporan saksi mata di sejumlah kawasan terjadi bentrokan antara demonstran dengan polisi.

https://p.dw.com/p/zx4o
Panser dikerahkan mengatasi kerusuhan di TunisiaFoto: AP

Seorang pria berusia 25 tahun tewas tertembak dalam bentrokan dengan polisi tadi malam di sebuah kawasan di Tunis. Demikian dilaporkan dua saksi mata dan sepupu pria tersebut. Sementara pihak pemerintah Tunisia mengatakan belum ada keterangan tentang hal itu. Rabu kemarin meskipun diberlakukannnya jam malam, kembali terjadi berbagai protes menentang Presiden Zine el Abidine Ben Ali.

Suara sirene ambulans melintasi jalan-jalan di ibukota Tunis, sejumlah pos polisi dibakar. Dan di pusat kota Tunis ratusan demonstran berkumpul.

Demonstrasi semacam itu hal yang tidak biasa di Tunis. Guru-guru, kaum intelektual dan seniman yang juga ikut berdemonstrasi, tidak luput dari sasaran gas air mata yang dikerahkan aparat keamanan dalam menghadapi para demonstran. Situasi yang membuat takut para pejalan kaki dan membuat toko-toko tutup. Suasana yang sejak 20 tahun terakhir tidak terlihat di Tunis. Rabeh Khreifi, seorang pengacara dari Tunis mengatakan di televisi Perancis

"Ada kebencian terhadap rezim. Hal itu terasa jika mendengarkan slogan-slogan yang diteriakkan. Slogan itu ditujukan menentang korupsi dan juga menentang diktator."

Juga di kawasan provinsi, protes terus berlanjut. Di kota provinsi Sidi Bouzid saksi mata melaporkan ribuan orang turun ke jalan dengan slogan-slogan anti pemerintah. Di Sidi Bouzid Desember lalu, seorang pria muda yang membakar dirinya yang kemudian memicu aksi demonstrasi kekerasan di Tunesia.

Sementara itu di sejumlah kota rumah-rumah dibakar, toko-toko dirampok, dan di berbagai sekolah dan universitas Rabu kemarin tidak ada aktivitas.

Hamma Hammami pimpinan Partai Komunis yang tidak diakui di Tunisia dalam wawancara surat kabar mengatakan, gerakan itu lebih kuat dari rezim dan dapat menyebabkan tergulingnya rezim tersebut. Kami hanya belum tahu kapan. Demikian dikatakan Hammami yang juga kepada televisi Perancis mengatakan akan berlangsung mogok massal di tiga kawasan. Namun sesaat setelah wawancara Hammami ditangkap. Pemerintah Tunesia bersikap keras terhadap pengkritik rezim, sekaligus berusaha meredam kemarahan di jalan-jalan. Presiden Ben Ali menjanjikan upaya mengatasi korupsi dan menerima permintaan mundur menteri dalam negerinya.

Marc Dugge/Dyan Kostermans

Editor: Pasuhuk