1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

FCCC: Pembatasan Wartawan Asing di Cina Semakin Ketat

Fu Yue
12 Maret 2021

Klub Koresponden Asing China (FCCC) merilis laporan tahunan yang menyoroti bagaimana pemerintah memperketat kontrol atas koresponden asing, yang semakin memperburuk situasi kebebasan pers.

https://p.dw.com/p/3qWEt
Personel keamanan mencoba menghalangi seorang jurnalis asing yang hendak meliput
Personel keamanan mencoba menghalangi seorang jurnalis asing yang hendak meliput tim WHO saat melakukan investigasi asal-usul virus corona di Pasar Hewan, Wuhan (31/01/2021)Foto: Thomas Peter/REUTERS

Awal bulan ini, Klub Koresponden Asing China (FCCC) merilis laporan tahunan 2020, menunjukkan bahwa Cina telah meningkatkan upaya untuk menghalang-halangi pekerjaan wartawan asing dengan mengerahkan semua kekuasaan negara, termasuk sistem pengawasan yang diperkenalkan untuk mengatasi pandemi virus corona.

Mathias Bölinger, seorang jurnalis DW yang berbasis di Cina, mengatakan bahwa kondisi kerja bagi wartawan asing di Cina telah merosot selama beberapa tahun belakangan dan semakin sangat memburuk selama setahun terakhir. "Menjadi lebih sulit untuk menemukan narasumber dan wawancara terjadwal sering dibatalkan,” kata Bölinger.

Dia menambahkan bahwa orang Cina kurang mau berbicara tentang topik politik dan sering diperingatkan untuk tidak memberikan wawancara kepada wartawan asing.

Bölinger dan rekan seprofesi lain juga menghadapi lebih banyak pembatasan dalam aspek lain. "Sebelumnya, jurnalis asing hanya diikuti oleh polisi Cina di wilayah sensitif seperti Xinjiang, Qinghai, dan Mongolia Dalam, namun kini jurnalis asing juga diikuti di kota-kota besar, seperti Hangzhou,” kata Bölinger. "Selain itu, aturan karantina, seperti aturan isolasi, digunakan secara sewenang-wenang, terutama di Xinjiang."

'Kondisi kerja memburuk secara dramatis'

Steffen Wurzel, koresponden ARD yang berbasis di Shanghai, juga mengatakan kepada DW bahwa kondisi kerja jurnalis asing di Cina telah memburuk secara dramatis dalam setahun terakhir. Wurzel mengatakan masalah terbesar adalah hampir semua topik telah sangat dipolitisasi oleh kepemimpinan Cina selama wabah virus corona.

"Ketika berbicara tentang topik politik, hampir tidak mungkin menemukan orang untuk diwawancarai di Cina, apakah topik tersebut tentang pandemi, dampak pandemi, Olimpiade, atau rencana ekonomi," kata Wurzel.

"Semua topik dipolitisasi, dan bahkan peliputan budaya menjadi semakin sulit. Banyak pintu sudah ditutup, tetapi sekarang lebih banyak lagi pintu yang ditutup. Orang yang diwawancara sering diberi tahu secara langsung atau tidak langsung bahwa mereka tidak bisa, atau tidak boleh diwawancarai oleh media asing."

Kepada DW, Wurzel juga mengatakan bahwa permasalah besar lain yang dihadapi wartawan asing adalah larangan bepergian. Dia mengatakan wartawan asing sekarang sering tidak dapat meninggalkan Cina karena sulit untuk kembali ke negara itu begitu mereka keluar. Bagi jurnalis yang anggota keluarganya ada di Eropa atau di tempat lain, ini tentu menjadi masalah besar.

FCCC mengatakan dalam laporannya bahwa selama tiga tahun berturut-turut, tidak ada jurnalis asing yang merasa kondisi kerja mereka membaik. Tahun lalu, pihak berwenang bahkan melarang jurnalis untuk meliput di daerah sensitif dan mengancam mereka dengan isolasi paksa atas dasar kesehatan masyarakat.

Wartawan asing di Cina kerap dihalangi saat hendak meliput berita terutama dalam setahun terakhir
Wartawan asing di Cina kerap dihalangi saat hendak meliput berita terutama dalam setahun terakhirFoto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein

Pembatasan visa digunakan untuk menekan koresponden asing

Selain itu, Cina telah menggunakan pembatasan visa untuk menekan koresponden asing. Misalnya, setidaknya 13 jurnalis telah diberikan kartu pers yang berlaku kurang dari enam bulan, yang mana biasanya berlaku selama satu tahun.

Ketika ketegangan antara AS dan Cina meningkat, Cina mengusir 18 jurnalis dari New York Times, Wall Street Journal, dan Washington Post pada paruh pertama tahun lalu.

September tahun lalu, dua jurnalis Australia di Cina juga dipaksa meninggalkan negara itu. Setelah diinterogasi oleh pihak berwenang Cina, koresponden ABC Bill Birtles di Beijing dan koresponden Australian Financial Review Michael Smith di Shanghai mencari perlindungan di kedutaan dan konsulat Australia selama beberapa hari sebelum akhirnya mereka meninggalkan Cina.

Pembatasan peliputan yang tidak sesuai dengan visi Cina

Desember lalu, Haze Fan, warga negara Cina yang bekerja untuk Bloomberg, ditangkap karena dicurigai terlibat dalam aktivitas yang membahayakan keamanan nasional. Fan mulai bekerja untuk Bloomberg pada tahun 2017 dan sebelumnya bekerja untuk CNBC, CBS, Al Jazeera dan Reuters.

Menurut pejabat Cina, warganya hanya dapat bekerja sebagai asisten di kantor berita asing di Cina dan mereka tidak diizinkan untuk meliput secara independen. Dalam sebuah pernyataan, pejabat Cina mengatakan: "Warga negara Cina yang bermarga Fan ditahan oleh Biro Keamanan Negara Kota Beijing karena dicurigai melakukan kegiatan kriminal terhadap keamanan nasional."

FCCC pun mengeluarkan pernyataan yang menyatakan dukungan untuk dengan Fan, mengatakan bahwa mereka prihatin dengan penangkapannya dan sedang mencari klarifikasi dari pemerintah Cina tentang insiden tersebut.

"Terlepas dari apa yang dikatakan Cina tentang keinginan untuk terbuka terhadap dunia dan untuk menunjukkan kepada semua orang betapa bersemangatnya masyarakatnya, mereka dengan jelas membatasi peliputan apa pun yang tidak sesuai dengan visi mereka,” ujar Steven Lee Myers, Kepala Biro Beijing untuk New York Times. "Ini menunjukkan iklim yang tidak akan menjadi lebih baik."

Ed: rap/hp