1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Parlemen Afghanistan Dimanipulasi

21 Oktober 2010

Setelah pemilu presiden Afghanistan tahun 2009 lalu diwarnai dengan kasus manipulasi, hal yang sama terulang lagi dalam pemilu parlemen. Lebih dari satu juta suara dinyatakan tidak sah.

https://p.dw.com/p/Pjuf
Proses penghitungan suara, di Kabul (18/09)Foto: AP

249 pemenang pemilihan parlemen Afghanistan sudah diumumkan sejak hari Rabu (21/10). Tetapi hasil sementara ini masih akan diuji oleh komisi pemilihan resmi. Sekarang ini ada sekitar 220 kandidat yang sedang diperiksa karena kemungkinan suaranya dipalsukan.

Hal ini turut memperburuk citra komisi pemilu yang juga dituding tidak cukup transparan dalam mengusut kasus penipuan dalam pemilihan. Sebulan setelah pemungutan suara, komisi yang terkenal pro Karzai ini dibanjiri oleh sekitar 4600 keluhan dan tekanan politis dari segala pihak. Fasel Ahmad Mahnawi, ketua komisi pemilu berkomentar:"Kami tidak menepis tudingan, bahwa ada banyak orang yang berpengaruh mencoba memanipulasi pemilu ini. Karena itu lebih dari satu juta suara dinyatakan tidak sah.“

Secara keseluruhan, sekitar 25 persen suara dinyatakan tidak sah. Dengan ini luasnya penipuan dan manipulasi mencapai skala yang mirip seperti pemilihan presiden tahun lalu. Pemerintahan Karzai akhirnya memang disahkan tetapi terus kehilangan legitimitas.

Sebagian dari pemenang pemilu sekarang sudah menduduki kursi selama lebih dari lima tahun di parlemen. Karena itu Asif Baktash, pakar politik dalam negeri Afghanistan, berkesimpulan bahwa ini bukanlah sebuah pemilihan bebas, karena banyak orang yang terpilih merupakan orang-orang yang bersedia bekerjasama erat dengan pemerintahan Karzai.

Masih belum jelas, seberapa kuat para pendukung dan juga penantang Karzai akan terwakili dalam parlemen Afghanistan. Karena tidak ada partai politik yang benar-benar demokratis dan tidak ada sistem pembentukan fraksi di parlemen, koalisi bisa terus berubah-ubah dalam satu masa jabatan. Sudah menjadi sebuah rahasia umum, bahwa Presiden Hamid Karzai sampai sekarang berhasil mengamankan mayoritas di parlemennya. Walaupun begitu ia tetap mendapat kesulitan dari parlemen jika membutuhkan persetujuan bagi pengesahan rancangan UU atau pengangkatan menteri.

Sanjar Sohail, Editor harian lokal 8 Sobh mengatakan, bahwa ia sama sekali tidak terkejut dengan hasil pemilu. "Kita kan melihat sendiri, bagaimana orang-orangnya Karzai yang berpengaruh, antara lain para panglima perang di Afghanistan, ikut campur dalam proses pemilu. Dan sekarang orang-orang ini pasti akan ditarik menjadi anggota parlemen", lanjutnya.

Diantara calon legislatif yang terpilih untuk wilayah Kabul terdapat beberapa panglima perang. Ini menimbulkan kekuatiran di masyarakat Afghanistan. Mereka adalah orang-orang yang oleh kebanyakan warga disana dan organisasi Amnesty International dianggap terlibat dalam berbagai kejahatan perang. Selama ini mereka masih terlindungi dari proses pengadilan.

Sayfuddin Sayhun, dosen jurusan politik dan ekonomi di Universitas Kabul tidak punya harapan tinggi. "Pemilihan parlemen yang berikutnya akan lebih konservatif", ujarnya. Ia mengatakan lebih lanjut, bahwa banyak orang yang sekarang menjadi anggota parlemen sebenarnya tidak ada hubungannya dengan demokrasi. "Jurang antara parlemen dan warga Afghanistan akan semakin besar, serta kepercayaan terhadap demokrasi akan tetap dipertanyakan“, kata sang dosen.

Hasil akhir pemilihan parlemen Afghanistan paling cepat akan diumumkan pertengahan November.

Martin Gerner/Nabila Narimi-Alekozai/Anggatira Gollmer

Editor: Renata Permadi