1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Tentang Minyak Sawit Merah yang Bernutrisi Tinggi

23 Januari 2019

Pemerintah diminta lebih aktif mempopulerkan minyak sawit merah untuk dikonsumsi secara luas lantaran dinilai bernutrisi tinggi. Untuk mewujudkannya petani kecil harus didorong terjun ke industri hilir.

https://p.dw.com/p/3C1Fs
Biodiversität Palmöl in Sierra Leone
Foto: DW

Dalam pameran terpenting di dunia dengan fokus pangan dan agrikultur ini, 61 negara menampilkan produk-produk unggulannya kepada lebih dari 400.000 pengunjung selama 10 hari. Tema keberlanjutan, trend makanan masa depan serta berbagai informasi tentang produksi bahan pangan juga merupakan fokus dari acara ini.

DW berbincang-bincang dengan Dr. Suroso Rahutmo, peneliti dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, yang mengangkat tema kesehatan dan minyak kelapa sawit di acara Forum Pemangku Kepentingan yang diadakan oleh KBRI bersama GAPKI dan BPDPKS sebagai peserta pekan pangan. Berikut petikan wawancaranya.

Deutsche Welle: Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa proses produksi minyak kelapa sawit menyebabkan timbulnya zat-zat berbahaya, yang juga menyebabkan kanker. Bagaimana pengalaman penelitian Bapak?

Suroso Rahutomo: Memang selama ini, minyak kelapa sawit bebas dari  trans fett, yang dituduh sering menyebabkan kanker. Kalaupun ada itu sedikit sekali dan kalau ada itupun dicampur dengan minyak lain biasanya.

Kalau ada penelitian lain yang mengatakan, proses bisa mengakibatkan hal lain yang kurang baik bagi kesehatan, itu ada memang yang namanya 3-MCPD (Red: sebuah senyawa kimia organik yang terbentuk dalam pemrosesan bahan pangan, yang diduga bersifat karsinogen)

Dr. Suroso Rahutomo, Peneliti di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Dr. Suroso Rahutomo, Peneliti di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)Foto: DW/A. Gollmer

Di buahnya sendiri kami yakin tidak ada tetapi kalau nantinya ada, kemungkinan berasal proses-proses itu. Misalnya karena menggunakan air yang mengandung banyak klorin atau asam-asam yang mengandung klorat juga dalam proses produksi pangan, 3-MCPD mungkin jadi terbentuk. Apakah itu masih dalam batas yang diperbolehkan atau tidak, kita masih meneliti tentang itu juga dalam bahan pangan di Indonesia. Tapi sampai sekarang kita tidak menemukan yang sangat tinggi, lebih yang ditentukan. Kita mengusahakan proses-proses yang meminimalkan introduksi klor.

Di kelapa sawit itu memang sebenarnya masih banyak yang tidak cover both side. Contohnya seperti ada satu studi yang mengatakan bahwasanya penyakit jantung di negara berkembang yang banyak memakai kelapa sawit itu banyak terjadi. Tapi kan ada faktor lainnya. Tetapi penelitian-penelitian yang mengungkapkan efek baik kelapa sawit terhadap perbaikan, misalnya untuk menangkal radikal bebas, untuk vitamin E, jarang diekspos juga.

Baca juga: Jerman: Citra Sawit Tercoreng Dosa Lingkungan

Apa saran Anda untuk memperbaiki bidang penelitian kelapa sawit?

Saya pribadi berharap selain dari Indonesia sendiri, Eropa dan Amerika juga mau melakukan riset yang benar dengan kelapa sawit. Karena contohnya di Afrika, mereka sudah ribuan tahun menggunakan minyak sawit dan mereka prosesnya sangat sederhana, tidak seperti kita ada refining dan lain-lain. Saya pernah ke Nigeria dan melihat, pabriknya hanya mengekstrak minyaknya, kemudian langsung dikonsumsi minyak sawit merahnya itu. Itu kandungan karotin-nya masih tinggi dan Vitamin E juga tinggi. Beda dengan minyak goreng kita yang kuning jernih itu.

Apakah minyak di Indonesia dibuat jernih karena alasan selera?

Visi Masadepan Bahan Bakar Nabati Ramah Lingkungan

Persepsi juga. Itu juga strategi iklan karena jernih juga tampak bagus. Kalau minyak kelapa sawit merah itu tidak begitu jernih, ada merah-merahnya seperti jus. Jadi itu kurang menarik. Tetapi minyak kelapa sawit merah dari sisi kesehatan lebih baik.

Di Indonesia masih ada stunting dan pemerintah memberikan provitamin A di minyak. Sebenarnya kalau persepsi masyarakat itu menggunakan produk minyak sawit merah lebih senang, sebagian dari vitamin A dan vitamin E datang dari situ. Seperti wortel, semua orang setuju kalau makan wortel itu baik, tetapi mereka belum tentu tahu kalau di kelapa sawit itu lebih banyak

Baca juga: WHO: Produsen Sawit Contek Industri Alkohol Pengaruhi Riset Ilmiah

Apa yang bisa dilakukan untuk mengubah persepsi masyarakat agar lebih menggunakan minyak sawit merah?

Kuncinya edukasi. Karena minyak kelapa sawit merah itu sudah lama ada, sejak tahun 70-80an. Dulu pernah ada satu merk tetapi ini tidak berkembang. Di Malaysia ini lebih berkembang, mungkin karena mereka edukasinya lebih mudah menerima hal baru.

Minyak kelapa murni beberapa tahun yang lalu sempat booming. Saya kira minyak kelapa sawit merah murni itu juga tidak kalah, malah lebih bagus karena komposisi lemaknya seimbang. Kalau di coconut oil lebih banyak lemak jenuhnya.

Tetapi riset belum banyak berkembang di Indonesia. Jika kita ada dukungan dari dunia luar tentang riset semacam ini, saya kira akan lebih bagus. Dan jika pemerintah punya kemauan untuk menggerakkan riset ini betul-betul, Insya Allah masyarakat akan terdukasi.

Berpacu Dengan Waktu Selamatkan Orangutan Dari Kepunahan

Apakah ada upaya dari sisi produksi agar sebanyak mungkin nutrisi tetap ada di minyak kelapa sawit?

Kelapa sawit kan ada yang untuk edible dan non edible. Yang non edible mungkin tidak perlu macam-macam, contohnya untuk biofuel, cukup memenuhi syarat mereka saja.

Tetapi untuk proses yang edible memang dalam proses yang umum vitamin-vitamin dihilangkan. Ini seperti menghilangkan uang dengan uang karena itu proses, tetapi tuntutannya seperti itu. PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), sudah punya paten untuk memproduksi minyak kelapa sawit merah, kita bisa memproduksinya dan punya teknologinya.

Baca juga:Cegah Karhutla, Ilmuwan 'Dengarkan' Suara Hutan 

Selama ini industri hilir kan dikuasai oleh swasta besar, kita berharap suatu saat nanti, kita bisa mendorong petani untuk bermain di industri hilir, misalnya mereka punya pabrik dengan kapasitas yang lebih kecil, sehingga mereka selain menghasilkan buah juga bisa langsung menghasilkan minyak merah dan bisa mengkapsulkan beta karotin misalnya. Dalam road map penelitian kami, diharapkan sampai 2045, itu sudah menjadi hal yang biasa. Kami ingin agar tumbuh UKM yang ke arah itu. Salah satu faktor kenapa minyak kelapa murni itu lebih populer adalah karena pelakunya adalah dari masyarakat sendiri. Kalau ada minyak kelapa sawit merah murni dari mereka sendiri, itu akan bisa menyebar lebih bagus.

Wawancara oleh: Anggatira Golmer/rzn