1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Wabah Penyakit Mengancam Korban Banjir di Pakistan

17 Agustus 2010

Menurut PBB, ada 36.000 kasus diare parah yang diderita para korban bajir. Tim kesehatan setempat kewalahan menanganinya.

https://p.dw.com/p/OpFC
Foto: AP

Rumah sakit di kota Charsadda di utara Pakistan tampak seperti gedung tua yang tidak terawat. Bau tidak sedap tercium dan dinding-dinding tampak lembab. Koridor dipenuhi pasien. Para pengungsi tergeletak di atas lantai. Juga pasien yang tengah menunggu giliran diperiksa. Semenjak banjir dua setengah minggu yang lalu, sebagian besar dari kota berpenduduk 100 ribu jiwa ini menjadi reruntuhan. Tumpukan tinggi lumpur ada diantara puing-puing dan semakin banyak orang yang sakit.

Tim dari organisasi kesehatan dunia WHO dikirimkan ke Charsadda. Menurut Mohammad Nawaz yang bertanggung jawab atas suplai persediaan rumah sakit, memang setidaknya bangunan rumah sakit masih berdiri, tetapi masalah di kota ini hampir tidak mungkin bisa diatasi sepenuhnya. "Penderitaan yang dialami warga begitu besar. Walau kami melakukan semua yang bisa kami lakukan, apa yang terjadi disini melebihi kapasitas yang ada."

27 ribu kasus penyakit ditangani para dokter di Charsadda dalam dua minggu terakhir. 14 kali lebih banyak dari biasanya. Dari 1,8 juta orang yang mendatangi klinik, 75 persen diantaranya adalah korban banjir. "Sebagian besar menderita diare, penyakit kulit dan infeksi mata. Kami menangani 15 gigitan ular, tetapi yang paling parah adalah penyakir diare. Saya sangat membutuhkan obat-obatan untuk menangani kasus darurat yang banyak terjadi.

Jabar Hussein dan timnya mendengarkan penjelasan Nawaz dengan serius. Mereka akan melaporkan hal tersebut kepada pusat koordinasi di ibukota Islamabad. Dari sana lah, WHO mengirimkan obat-obatan ke wilayah krisis. Tetapi apakah Jabar Hussein dan rekannya juga bisa membantu secara efektif? "Kami harus segera membeli obat-obatan. Persediaan kami hampir habis. Dan di saat seperti ini lah kami membutuhkan komunitas internasional."

Di kota-kota seperti Charsadda lah setiap hari bahaya semakin besar, dimana bencana banjir berlanjut dengan bencana kesehatan. "Karena air belum surut, kami khawatir akan munculnya wabah kolera. Warga kembali ke rumah yang hancur. Disana mereka terpaksa hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Dan kami tidak bisa menghubungi mereka lagi. Ini menjadikannya semakin lebih berbahaya."

Sekali lagi, Jabar Hussein dan Mohammad Nawaz membicarakan langkah selajutnya. Keduanya tahu waktu mereka tidak banyak. Tetapi apa yang bisa terjadi, jika tidak cukup banyak vaksin dan obat-obatan bagi korban di wilayah banjir? Hal yang saat ini tidak mau dibayangkan oleh Jabar Hussein. "Jika kita tidak cukup cepat bertindak, saya khawatir bahwa situasinya akan menjadi sangat menakutkan."

Jürgen Webermann / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Dyan Kostermans