1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikTimur Tengah

Siapa Bisa Desak Iran Patuhi Deeskalasi?

Shabnam von Hein | Cathrin Schaer | Yun-Chin Chang | Olga Tikhomirova | Gülsen Solaker
18 April 2024

Ancaman perang antara Iran dan Israel di Timur Tengah memicu derasnya lobi diplomatik demi deeskalasi. Tapi jika Israel ditekan sekutu Barat, siapa yang mampu menahan Iran, jika Israel balik menyerang?

https://p.dw.com/p/4eufi
Ayatollah Ali Khamenei (tengah)
Pemegang kekuasaan tertinggi di Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang juga membawahi Garda Revolusi, IRGCFoto: Iranian Supreme Leader Press Office/AA/picture alliance

Hujan drone dan peluru kendali yang dilancarkan Iran terhadap Israel, Minggu (14/4), akan mendapat balasan setimpal, kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. "Kami akan membuat mereka gelisah, sebagaimana mereka telah membuat kami gelisah," kata dia, Selasa (16/4).

Serangan Iran sejatinya diniatkan sebagai balasan atas pemboman kompleks kedutaannya di Damaskus, Suriah, yang dituduhkan kepada Israel, awal April lalu.

Sontak, desakan damai datang dari berbagai arah. Uni Eropa, Amerika Serikat dan jiran Arab mewanti-wanti terhadap eskalasi berkelanjutan di Timur Tengah. Netanyahu pekan ini disambangi Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Selasa (16/4), dan Menlu Inggris David Cameron, Rabu (17/4), yang meski mendukung serangan balik, namun mendesak Israel bertanggung jawab mencegah eskalasi.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Meski bersekutu, UE dan AS tidak banyak bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah Israel, terutama menyangkut keamanan nasional. Hal ini ditegaskan Netanyahu yang "berterima kasih atas semua masukan" dari sekutu Barat terkait serangan Iran, sembari menegaskan keputusan akhir tetap ada di tangan Israel.

Tapi jika Israel masih bisa ditekan sekutu terdekat, siapa yang lantas mampu melobi Teheran untuk menahan dendam, jika Israel balik menyerang?

Qatar

Menurut Istana Kepresidenan Iran, President Ebrahim Raisi sempat berbicara via telepon dengan Emir Katar Tamim bin Hamad Al-Thani, pada Selasa (16/4). Kedua negara membina kedekatan sejak lama dan menjadi kian mesra ketika Qatar diblokade negara-negara Teluk, antara tahun 2017-2021.

Saat itu, Qatar diembargo Liga Arab atas desakan Arab Saudi yang mencurigai kedekatan emir di Doha dengan Iran. Blokade Liga Arab disiasati Qatar dengan mengalihkan sumber impor pangan ke Turki dan Iran.

Doha juga membina hubungan diplomatik dengan Israel dan berperan besar dalam mediasi gencatan senjata dengan Hamas, November 2023 lalu. Kini pun Katar sedang menggiatkan mesin diplomatik untuk mewujudkan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.

Qatar juga termasuk negara yang direstui Israel untuk mengintervensi perang demi penyaluran bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.

War with Iran would be a catastrophe on every level: Historian Arash Azizi

Oman

Kesultanan di Muscat cendrung bergerak di balik layar dan menjauhi atensi publik. Padahal, Oman sejak lama sudah memediasi antara Iran dan AS.

Tanpa keterlibatan Oman, Perjanjian Nuklir Iran yang dicapai melalui perundingan alot pada tahun 2015 itu mustahil terwujud. Penguasa di Muscat juga sejak dulu dikenal aktif memediasi pembebasan tahanan AS atau Eropa di Iran.

Harian AS New York Times melaporkan, pemerintah di Washington sejak akhir pekan silam berusaha menjalin kontak dengan Teheran melalui Oman dan Swiss. AS dan Iran tidak memiliki hubungan diplomatik. Negosiasi dan perundingan sebabnya harus dilakukan secara tidak langsung melalui pihak ketiga.

Cina

Menurut laporan kantor berita Xinhua, pemerintah di Beijing pun ingin mencegah eskalasi berkelanjutan di Timur Tengah. Cina adalah mitra dagang terbesar Iran dan sekutu besar dalam pengembangan dan produksi sistem persenjataan.

Dalam pembicaraan telepon dengan rekan sejawatnya di Iran, Hossein Amir-Abdollahian, Menlu Cina Wang Yi pada Selasa (16/4) menyerukan agar Teheran menahan diri. Wang menjanjikan dukungan Cina untuk resolusi mengecam serangan udara terhadap komplek kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, yang hingga kini masih diperdebatkan di Dewan Keamanan PBB.

"Cina tidak ingin situasi di Timur Tengah menjadi tidak terkendali," kata James Dorsey, analis politik di Nanyang Technological University di Singapura, kepada harian The New York Times. "Cina sedang menghadapi lonjakan biaya transportasi dan meningkatnya risiko gangguan pasokan energi secara signifikan."

Namun, Cina kekurangan saluran komunikasi ke Tel Aviv, kata Dorsey. "Satu-satunya hal yang dapat dilakukan Beijing adalah, bersama dengan komunitas internasional, mendesak Israel untuk menahan diri dan menghindari eskalasi.”

Is Iran's economy ready for war?

Rusia

Moskow menjalin kedekatan dengan semua negara dalam konflik di Timur Tengah, Israel, organisasi Palestina, Arab Saudi dan juga Iran yang dianggap sebagai sekutu dekat. Sejak berlakunya sanksi Barat, Teheran dan Moskow semakin mempererat kerja sama ekonomi dan milliter. Iran antara lain memasok drone bagi Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

Namun menurut pakar militer Israel, David Sharp, Rusia berpotensi mendulang untung jika situasi di Timur Tengah kian meruncing. "Apapun yang menyumbang pada kenaikan harga energi, terutama harga minyak Bumi, menguntungkan Rusia setidaknya dalam jangka pendek dan menengah."

"Tapi jika Iran terlibat dalam perang atau harus bertahan diri melawan serangan berskala besar, secara teori hal ini bisa menyebabkan terganggunya suplai senjata ke Rusia," imbuhnya.

Moskow telah menyerukan kedua pihak untuk mendukung deeskalasi. Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, menekankan perlunya "menahan diri di semua sisi konflik di Timur Tengah untuk mencegah eskalasi," kata dia dalam percakapan dengan ketua Dewan Keamanan Nasional Israel, Zachi Ha-Negbi, Senin (15/4) lalu.

Patrushev menekankan, Rusia mendorong penyelesaian konflik "secara eksklusif melalui cara-cara politik dan diplomatik,” lapor kantor-kantor berita Rusia.

Turki

Pemerintah di Ankara sejak awal mendukung aspirasi kemerdekaan Palestina. Pekan lalu, Turki bahkan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Israel atas perang di Jalur Gaza. Hingga tercapainya gencatan senjata, Turki akan menghentikan semua pengiriman produk logam, pupuk dan pestisida, serta bahan bakar pesawat jet.

"Berbeda dengan negara-negara lain seperti Qatar, Oman atau Arab Saudi, Turki punya perbatasan darat yang panjang dengan Iran," kata Gülrü Gezer, direktur luar negeri di lembaga penelitian Turki Tepav.

"Potensi menculnya ketidakstabilan di negeri jiran Iran bisa menciptakan dampak yang buruk terhadap Turki, terutama dalam bentuk gelombang pengungsi dari Iran. Hal ini sudah pernah dialami ketika perang berkecamuk di jiran Suriah dan Irak."

Peran Ankara dipahami penting oleh Teheran, yang sempat mengabarkan Turki soal rencana serangan drone terhadap Israel.  Dalam pertukaran tersebut, Iran menjamin akan memberikan respons terbatas terhadap serangan di Damaskus.

rzn/as