1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahInggris

Mahkota Camilla dan Beban Sejarah Kolonialisme Inggris

Manasi Gopalakrishnan
5 Mei 2023

Berlian penghias mahkota kerajaan Inggris asal India, Koh-i-Noor, urung tampil dalam upacara pelantikan Raja Charles, Sabtu (6/5). Siapkah pemerintah di London mengembalikan benda rampasan kolonialisme tersebut?

https://p.dw.com/p/4QwSO
Mahkota berhias Koh-i-Noor
Mahkota berhias Koh-i-NoorFoto: Michael Crabtree/dpa/picture alliance

Berpaling dari tradisi, Permaisuri Inggris, Camilla, menolak mengenakan mahkota Koh-i-Noor saat penobatan Raja Charles, Sabtu (6/5). Dalihnya adalah karena tidak ingin melukai "kepekaan politis", kata seorang anggota kerajaan kepada media-media Inggris.

Berlian yang dipercaya membawa sial bagi pria itu, selama ini selalu dikenakan oleh perempuan. Berawal dari Ratu Viktoria, mahkota Koh-i-Noor sempat diwariskan kepada Permaisuri Mary dan Alexandra, sebelum dikenakan Ratu Elizabeth II pada pelantikannya tahun 1953.

Penolakan Camilla seiring dan selaras dengan tuntutan pemulangan benda-benda jarahan kolonialisme yang belakangan kian menguat.

Sejarah Koh-i-Noor

Intan berkadar 105 karat itu menyimpan sejarah panjang penaklukan dan imperialisme. Keberadaanya pertama kali dicatat oleh sejahrawan Persia, Muhammad Kazim Marvi pada pertengahan abad ke18.

Ilmuwan meyakini Koh-i-Noor berasal dari Golconda di selatan India. Berlian ini pernah dijarah bangsa Turki pada awal abad pertengahan sebelum diwariskan oleh dinasti-dinasti Islam di India, termasuk kemudian dinasti Mughal.

Kerajaan Punjab adalah pemilik terakhir Koh-i-Noor sebelum ditaklukkan Inggris dan diserahkan sebagai persembahan kepada Ratu Victoria pada 1849.

Sejak itu, berlian tersebut "melambangkan dominasi imperial dinasti Victoria di dunia dan kemampuan mereka merebut benda paling berharga di seluruh dunia dan menampilkannya dalam pose kemenangan," tulis Willian Dalrymple dan Anita Anand dalam buku mereka tentang Koh-i-Noor, 2017 silam.

Simbol imperialisme Inggris

Saat ini, India, Pakistan, Afganistan dan juga Iran mengklaim kepemilikan atas Koh-i-Noor dan menuntut pengembalian dari Inggris.

"Ada sejumlah tuntutan untuk mengembalikan berlian itu ke India, dari politisi, aktivis hingga pakar sejarah. Kami menilai semua benda jarahan kolonialisme harus dikembalikan sebagai simbol ketidakadilan sejarah," kata Anuraag Saxena, pegiat India Pride Project di Singapura.

Hal senada diungkapkan penggagas petisi repatriasi asal India di AS, Venktesh Shukla. Melalui petisi yang sejauh ini baru mengumpulkan 9.600 tandatangan itu, dia menuntut gar Koh-i-Noor segera dikembalikan.

"Mereka harusnya malu atas apa yang telah mereka lakukan, bagaimana mereka bisa mendapat Koh-i-Noor," kata dia. "Tapi bukannya malu, mereka malah memamerkannya," tukasnya.

Pada 2016 silam, pemerintah India sempat mengatakan betapa Koh-i-Noor diberikan sebagai hadiah kepada kerajaan Inggris. Namun pernyataan itu kemudian diralat dengan janji akan menegosiasikan solusi yang adil.

Berlian Cullinan berjuluk Bintang Afrika
Berlian Cullinan berjuluk Bintang AfrikaFoto: Hilary Jane Morgan/Design Pics/picture alliance

Tradisi imperialisme

"Sikap Istana Buckingham tidak menampilkan Koh-i-Noor pada pelantikan Raja Charles diklaim sebagai sebuah kompromi antara merefleksikan tradisi dan "kepekaan terhadap isu-isu masa kini," kata seorang anggota kerajaan kepada harian Daily Mail.

Namun kepekaan tersebut tidak berlaku untuk berlian Cullinan yang kini menghiasi mahkota Camila. Berlian itu dipotong dari intan terbesar di dunia bernama Cullinan yang ditambang Inggris di wilayah jajahannya di Afrika Selatan pada awal 1900an.

Dosa kolonialisme tidak semata dinikmati Istana Buckingham, tetapi juga berbagai institusi kerajaan seperti Museum Victoria dan Albert dan Museum Inggris. Kedua lembaga juga menyimpan ribuan artefak yang dijarah atau dicuri dari negara-negara jajahan.

"Bukankah sudah waktunya bagi Inggris untuk mengikuti langkah negara lain," kata pegiat India, Saxena, merujuk pada pengembalian benda curian oleh Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Kanada dan Australia.

"Mengembalikan artefak-artefak kami mungkin adalah cara paling mudah bagi Inggris untuk menebus dosa kolonialnya," pungkasnya.

rzn/as